Sekalipun kabupaten Dogiyai sudah berumur selama
7 tahun, sumber daya manusianya ( SDM ), masih memperhatikan.
Permasalahan didunia pendidikan sangat komfleks, baik itu pelajar ditingkat SD,
SMP, dan SMA maupun sekolah guru ( SPG/PGSD). Sejauh ini belum mencetak masa
depan yag baik, sejati dan jemerlang. Anak-anak Dogiyai yang seharusnya
pemegang estafet pembanungan masih semaking dibiarkan hidup sembarawut dalam
dunia pendidikan.
Seolah mereka hidup tampa seorang guru.
Pembangunan sekolah yang sudah dibangun sebelum pemekaran ataupun setelah
pemekaran dengan segalah fasilitasnya semaking namfak manjamur. Namun bukan
pembangunan dibidang pendidikan.
RASA TIDAK PEMILIKAN
Majalah Selangkah.com Keprihatinan mendasar ini boleh terjadi
karena pemerintah merasa tidak pemeilikan terhadap pendidikan. Ketidakpemilikan
merupakan bagian integral dari dari wajah kabupaten. Jika pemerintah tidak
punya sara jiwa didik dari inti jiwa, maka pendidikan menjadi tempat untuk
membebaskan manusia dari keterpurukan, ketidaktahuan dan kekurangan.
Jika pendidikan menjadi tempat
pembebasan dari otonomi diri maka setiap dan semua orang akan mengalami diri
sebagai maklup berpendidikan. Pastinya ada janin-janin pendidikan disana.
Meman setiap manusia tidak terlepas
dari realitas kekosongan.Tapi setidaknya, pemerintah harus melihat,
berpikir dan berbuat sesuatu hal- hal kecil sepertinya menunjungi kesetiap
sekolah dan bicara dari muka ke muka. Sebagai sebuah bukti autentik, saya tulis
daftar nama-nama kampung yang mengalami kehausan pendidikan yaitu sebagai
berukut:
1. Ideduwa atau Ukagu,
2. Yegeiyepa,
3.Saikonai,
4. Motakotu,
5. Kegata,
6. Apogomakida ibu kota Distrik,
7. Egipa,
8. Pagouda,
9. Maikotu,
10.Toubaikebo,
11.Yeroukotu,
12. Modia ibu kota Distrik Mapia
tengah,
13. Putapa,
14. Atoupigi,
15. Wogeikebo,
16. Dawaikunu,
17. Bigomepa,
18. Deneiode,
19.Tibaugi,
20. Mogotaka,
21. Abouyaga ibu kota Distrik Mapia
Barat,
22. Kitakebo,
23.Diyeugi,
24.Degeadai,
25. Adauwo,
26. Megaikebo,Abaugi,
27. Magodee,
28. Diyoudimi,
28. Bomomani ibu kota distrik SD YPPK ,
29. Gopouya,
30.Ugida.
Semua ini gagal. Kondisi real ini
teramat jelas, tidak jadwal kunjungan kesekolah-sekolah. Sebernanya kenyataan
buruk ini merupakan batu lonjatan bagi kita untuk bertindak sesuatu.
Nyatanya hidup kita tidak terlepas dari kelemahan. Ini wajar terjadi.
Tapi ingat bahwa kita jangan pernah
menyatakan untuk tidak bisa beruba kenyataan buruk jika kita belum mencobanya.
Jiga ada perjuangan yang disadari dengan melihat, berpikir dan bertindak secara
bersama -sama maka sejumlah keburukan itu bisa menjadi pelajaran sejati bagi
kita. Maka pemerintah sudah seharusnya membuka ruang dan waktu untuk membuat
hidup ini jadi baik, mendapatkan atau mengalami realitas pendidikan secara
sejati bagi generasi mudah sekalipun setiap diri kita berangkat dari realitas
yang semaking memperhatikan.
Pendidikan menjadi proyek
kemanusian karena kodrat dari pendidikan adalah manusi. Kesejatiannya kita
sebagai orang mee justru ditemukan dari realitas pendidikan. Karena kodratnya
manusia sejati, dia itu dinamis bukan statis. Setiap anak-anak akan dapat
mengaktualisasikan dirinya secara baik, bijaksana bertanggunjawab pemerintah
hidup dari dan untuk pendidikan yang membebaskan secara sejati.
Bahkan seluruh integritas diri hanya
mudah ditemukan dari pendikan. Maka pendidikan merupakn titik akhir atau
penemuan tubuh, jiwa dan roh bagi kehidupan kita yang menghidupkan HIDUP
bersam. Ini dikenal dengan pendidikan demi kebaikan kita bersama.
KRIS GURU
Dalam hidup berpendidikan Kab. Dogiyai,
kris guru masih tetap merupakan kenyataan yang tidak dipunkuri. Sejumlah geung
yang dipaparkan di atas itu tidak meliki guru yang berprofesional. Guru-guru
yang disertifikasi S1 dari KPG, SPG dan PGSD hanya bisa dihitung dengan jari.
Gurunya tidak lebih dari dua disetiap
sekolah dalam Kabupaten. Dogiyai. Bahkan guru-guru itupun ada yang sudah
pension. Lagi pula, kebanyakan dari mereka sudah mati habis demi mempersipkan
jalan Tuhan buat komoditas mee. Mereka punya jasa besar bagi negeri ini
sepertinya Pak guru Feleks Tebai, Diyeugi Mamfret Wakei Putapa, Bernabas
Kedeikota Modio, Leonardus Degei Timepa, yang sampai kini tetap masih setia,
sabar dan tekun dengan panggilan purnah di SD Impres Diyeugi, SD YPPK Santo
Bonbosco di Modio, SD YPPK Putapa sekalipun teramat tua usianya.
Mereka dan rekan-rekan lainnya. Dia dan
serekan-rekan lainnya sudah yaja, baik sejati. Sementara ada sejumlah sekolah hanya
diajar oleh guru-guru honerel.Sudah begitu, gurunya tidak ada ditempat.
Guru-gurunya sibuk diri dengan mimpi uang Bos.jika sudah ada danah BOS, tidak
pernah ada transparansi dari atasan. Semua tersendat karena kolam rahasia.
Parahnya, anak-anak sekolah anak-anak
sekolah mengalami kerusakan intelektual, moral dan kental. Keluarganya juga
hancur.”pemerintah dan guru sama tidak ada yang beda. Mereka biking diri berada
di langit…Sehingga, sehinnga mereka tidak tahu, anak-anak dan istrinya lagi
sakit, gedung sekolah yang di hantam hujan Jakarta. Padahal hidup ini tetap
terus berjalan bersama kita dan kita punya tanah sendiri. Stop Sudah.
KRISIS NILAI
Krisis nilai bagi orang Dogiyai Mee
juga merupakan masalah yang tidak terlepas dari pendidikan hampir tidak
dihayati bagi setiap orang. Setiap orang Dogiyai lebih suka bicara pemekaran,
urus bisnis dan proyek dan berburu investor daripada urus pendidikan anak-anak
kata mereka epenkah? Yang penting itu saya jadi orang kaya.
Itu juga meman penting kerana
bagian dari pembagunan.Tapi jika kita mau bangun pembangun sejati, bukan
modelnya seperti ini. Bagi saya ukuran kesejatian dri prmbagunan adalah
manusia.Manusia harus di bentuk dan dijiwai dengan nilai-nilai pendidikan. Ini
harus mau dibangun dari keluarga.
karena keluarga merupakan
pendidikan dasar.nilai pendidikan yakni kejujuran, kerajinan, kebebasan,
kebebasan, kedamaian cinta kasih dan sabar setia, Solidaritas, subsidiaritas,
saling menghargai, dan menghormati, itu harus ditanamkan oleh orang tua ke
dalam diri setiap dan semua anak-anaknya.Harus ada diolog dari muka kemuka
secara terus menerus dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat.
Sekurang-kurangnya, cerita dongen,
pengalaman harian dan ingin bertanya tentang apa maunya anak dari orang tuanya
Dan nanti diutus sesuai dengan proses perkembangan anak kelurga basis.
Selain itu pemenuhan sandang, pangan
dan papan juga bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai pendidikan.
Karena ketiganya ini pintu masuk untuk menjemput nilai dasar pendidikan yang
diutarakan atas itu. Karakter anak dapat terbentuk secara bertahap dan normal
jiga ketiga unsure itu terpenuhi dalam kelurga.
Maka pemerintah bersama rakyat sudah
harus mengupayakan rumah yang layk dihuni, makan-minumdan pakain yang
sehat, alat-alat sekolah yang lengkap bagi setiap kelurga itu sendiri, halaman
dankebung itu teramat penting bahakan hal mendasar.
Apabilah sejumlah nilai dasar itu
dibangun, dihayati dan menjadi sebuah budaya kita dalam setiap kelurga dan
masyarakat, maka pendidikan Dogiyai sungguh hadir untuk memberdayakan,
membebaskan dan memerdekakan bagi semua orang terugtama bagi orang kecil.
Tapi semua itu tergantung bagaimana
pemerintah dogiyai membuat visi dan misi yang merasangsang setiap dan semua
warga untuk dapat terlibat sebagi pelaku pembangunan dalam dunia pendidikan.
Harus”Nafsu-jiwa –roh kebebasan untuk membangun manusia yang
memanusiakan,manusia, membebaskan dan melahirkan jiwa-jiwa berpendidikan demi
Papua ke depan.
Penulis:Mee Yoka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar