Rabu, 11 Maret 2015

PEMERINTAH DINILAI GAGAL BANGUN SEKTOR PENDIDIKAN di DOGIYAI


Sekalipun kabupaten Dogiyai sudah berumur selama 7 tahun,  sumber daya manusianya ( SDM ), masih memperhatikan. Permasalahan didunia pendidikan sangat komfleks, baik itu pelajar ditingkat SD, SMP, dan SMA maupun sekolah guru ( SPG/PGSD). Sejauh ini belum mencetak masa depan yag baik, sejati dan jemerlang. Anak-anak Dogiyai yang seharusnya pemegang estafet pembanungan masih semaking dibiarkan hidup sembarawut dalam dunia pendidikan.
Seolah mereka hidup tampa seorang guru. Pembangunan sekolah yang sudah dibangun sebelum pemekaran ataupun setelah pemekaran dengan segalah fasilitasnya semaking namfak manjamur. Namun bukan pembangunan dibidang pendidikan.

RASA TIDAK PEMILIKAN 

Majalah Selangkah.com Keprihatinan mendasar ini boleh terjadi karena pemerintah merasa tidak pemeilikan terhadap pendidikan. Ketidakpemilikan merupakan bagian integral dari dari wajah kabupaten. Jika pemerintah tidak punya sara jiwa didik dari inti jiwa, maka pendidikan menjadi tempat untuk membebaskan manusia dari keterpurukan, ketidaktahuan dan kekurangan.
Jika pendidikan menjadi tempat pembebasan dari otonomi diri maka setiap dan semua orang akan mengalami diri sebagai maklup berpendidikan. Pastinya ada janin-janin pendidikan disana.

Meman setiap manusia tidak terlepas dari realitas kekosongan.Tapi setidaknya, pemerintah harus  melihat, berpikir dan berbuat sesuatu hal- hal kecil sepertinya menunjungi kesetiap sekolah dan bicara dari muka ke muka. Sebagai sebuah bukti autentik, saya tulis daftar nama-nama kampung yang mengalami kehausan pendidikan yaitu sebagai berukut:
1. Ideduwa atau Ukagu,
2. Yegeiyepa,
3.Saikonai,
4. Motakotu,
5. Kegata,
6. Apogomakida ibu kota Distrik,
7. Egipa,
8. Pagouda,
9. Maikotu,
10.Toubaikebo,
11.Yeroukotu,
12. Modia ibu kota Distrik Mapia tengah,
13. Putapa,
14. Atoupigi,
15. Wogeikebo,
16. Dawaikunu,
17. Bigomepa,
18. Deneiode,
19.Tibaugi,
20. Mogotaka,
21. Abouyaga ibu kota Distrik Mapia Barat,
22. Kitakebo,
23.Diyeugi,
24.Degeadai,
25. Adauwo,
26. Megaikebo,Abaugi,
27. Magodee,
28. Diyoudimi,
28. Bomomani ibu kota distrik SD YPPK ,
29. Gopouya,
30.Ugida.

Semua ini gagal. Kondisi real ini teramat jelas, tidak jadwal kunjungan kesekolah-sekolah. Sebernanya kenyataan buruk ini merupakan batu lonjatan bagi kita untuk bertindak  sesuatu. Nyatanya hidup kita tidak terlepas dari kelemahan. Ini wajar terjadi.
Tapi ingat bahwa kita jangan pernah menyatakan untuk tidak bisa beruba kenyataan buruk jika kita belum mencobanya. Jiga ada perjuangan yang disadari dengan melihat, berpikir dan bertindak secara bersama -sama maka sejumlah keburukan itu bisa menjadi pelajaran sejati bagi kita. Maka pemerintah sudah seharusnya membuka ruang dan waktu untuk membuat hidup ini jadi baik, mendapatkan atau mengalami realitas pendidikan secara sejati bagi generasi mudah sekalipun setiap diri kita berangkat dari realitas yang semaking memperhatikan.
 Pendidikan menjadi proyek kemanusian karena kodrat dari pendidikan adalah manusi. Kesejatiannya kita sebagai orang mee justru ditemukan dari realitas pendidikan. Karena kodratnya manusia sejati, dia itu dinamis bukan statis. Setiap anak-anak akan dapat mengaktualisasikan dirinya secara baik, bijaksana bertanggunjawab pemerintah hidup dari dan untuk pendidikan yang membebaskan secara sejati.
Bahkan seluruh integritas diri hanya mudah ditemukan dari pendikan. Maka pendidikan merupakn titik akhir atau penemuan tubuh, jiwa dan roh bagi kehidupan kita yang menghidupkan HIDUP bersam. Ini dikenal dengan pendidikan demi kebaikan kita bersama.

KRIS GURU

Dalam hidup berpendidikan Kab. Dogiyai, kris guru masih tetap merupakan kenyataan yang tidak dipunkuri. Sejumlah geung yang dipaparkan di atas itu tidak meliki guru yang berprofesional. Guru-guru yang disertifikasi S1 dari KPG, SPG dan PGSD hanya bisa dihitung dengan jari.
Gurunya tidak lebih dari dua disetiap sekolah dalam Kabupaten. Dogiyai. Bahkan guru-guru itupun ada yang sudah pension. Lagi pula, kebanyakan dari mereka sudah mati habis demi mempersipkan jalan Tuhan buat komoditas mee. Mereka punya jasa besar bagi negeri ini sepertinya Pak guru Feleks Tebai, Diyeugi Mamfret Wakei Putapa, Bernabas Kedeikota Modio, Leonardus Degei Timepa, yang sampai kini tetap masih setia, sabar dan tekun dengan panggilan purnah di SD Impres Diyeugi, SD YPPK Santo Bonbosco di Modio, SD YPPK  Putapa sekalipun teramat tua usianya.
Mereka dan rekan-rekan lainnya. Dia dan serekan-rekan lainnya sudah yaja, baik sejati. Sementara ada sejumlah sekolah hanya diajar oleh guru-guru honerel.Sudah begitu, gurunya tidak ada ditempat. Guru-gurunya sibuk diri dengan mimpi uang Bos.jika sudah ada danah BOS, tidak pernah ada transparansi dari atasan. Semua tersendat karena kolam rahasia.
Parahnya, anak-anak sekolah anak-anak sekolah mengalami kerusakan intelektual, moral dan kental. Keluarganya juga hancur.”pemerintah dan guru sama tidak ada yang beda. Mereka biking diri berada di langit…Sehingga, sehinnga mereka tidak tahu, anak-anak dan istrinya lagi sakit, gedung sekolah yang di hantam hujan Jakarta. Padahal hidup ini tetap terus berjalan bersama kita dan kita punya tanah sendiri. Stop Sudah.

KRISIS NILAI

Krisis nilai bagi orang Dogiyai Mee juga merupakan masalah yang tidak terlepas dari pendidikan hampir tidak dihayati bagi setiap orang. Setiap orang Dogiyai lebih suka bicara pemekaran, urus bisnis dan proyek dan berburu investor daripada urus pendidikan anak-anak kata mereka epenkah? Yang penting itu saya jadi orang kaya.
 Itu juga meman penting kerana bagian dari pembagunan.Tapi jika kita mau bangun pembangun sejati, bukan modelnya seperti ini. Bagi saya ukuran kesejatian dri prmbagunan adalah manusia.Manusia harus di bentuk dan dijiwai dengan nilai-nilai pendidikan. Ini harus mau dibangun dari keluarga.
 karena keluarga merupakan pendidikan dasar.nilai pendidikan yakni kejujuran, kerajinan, kebebasan, kebebasan, kedamaian cinta kasih dan sabar setia, Solidaritas, subsidiaritas, saling menghargai, dan menghormati, itu harus ditanamkan oleh orang tua ke dalam diri setiap dan semua anak-anaknya.Harus ada diolog dari muka kemuka secara terus menerus dalam hidup berkeluarga dan bermasyarakat.

Sekurang-kurangnya, cerita dongen, pengalaman harian dan ingin bertanya tentang apa maunya anak dari orang tuanya Dan nanti diutus sesuai dengan proses perkembangan anak kelurga basis.

Selain itu pemenuhan sandang, pangan dan papan juga bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai pendidikan. Karena ketiganya ini pintu masuk untuk menjemput nilai dasar pendidikan yang diutarakan atas itu. Karakter anak dapat terbentuk secara bertahap dan normal jiga ketiga unsure itu terpenuhi dalam kelurga. 

Maka pemerintah bersama rakyat sudah harus mengupayakan rumah  yang layk dihuni, makan-minumdan pakain yang sehat, alat-alat sekolah yang lengkap bagi setiap kelurga itu sendiri, halaman dankebung itu teramat penting bahakan hal mendasar.

Apabilah sejumlah nilai dasar itu dibangun, dihayati dan menjadi sebuah budaya kita dalam setiap kelurga dan masyarakat, maka pendidikan Dogiyai sungguh hadir untuk memberdayakan, membebaskan dan memerdekakan bagi semua orang terugtama bagi orang kecil.

Tapi semua itu tergantung bagaimana pemerintah dogiyai membuat visi dan misi yang merasangsang setiap dan semua warga untuk dapat terlibat sebagi pelaku pembangunan dalam dunia pendidikan. Harus”Nafsu-jiwa –roh kebebasan untuk membangun manusia yang memanusiakan,manusia, membebaskan dan melahirkan jiwa-jiwa berpendidikan demi Papua ke depan.

Penulis:Mee Yoka






Tidak ada komentar:

Posting Komentar