Majalah Selangkah.com Mama-mama
Papua Jualan di Pinggir Jalan Kehidupan mama-mamaku papua sensitif dengan
jualan, guna memenuhi kebutuahan hidup berkeluarga. Tiap hari kegiatan mereka,
hanya berjualan di pasar. Akan jualan itu, gunamewujudkan kebutuhan keluarga
mereka. Mereka sangat mengaharapkan bahwa dengan melalui jualan itu, akan
menjamin semua keterbatasan-keterbatan dalam perekonomian keluarga mereka.Tiap
hari, mama-mamaku Papua mengeluarkan keringat, hanya menjual jualan mereka di
pasar demi mendapatkan uang. Mereka sangat kelihatan lelah dan cape. Namun,
karena situasi perekonomian keluargamereka sangat lemah dan terbatas. Maka,
mereka gunakan tenaga mereka untuk berjualan. Hanya untuk mendapatkan
uang.Jualan salah satu prodak atau alat penghasilan uang. Dimana jualan ini,
boleh dikatakan Usaha Kecil Menengah (UKM), dari mama-mamaku papua. Mereka
selalu mencaridan mencari, bagaimana saya bisa mendapatkan uang, sehingga saya
bisa memperbaiki perekonomian keluarga saya sementara terjadi keterbatasan
dalam keluarga. itu yang ada dalam pemikiran mereka.Namun, sangat disayangkan sekali,
betapa buruknya menempatkan jualan mereka di pinggir jalan. Apa gunanya jualan
mereka, hanya ditempatkan di pinggir jalan. Hal itu kan,sangat tidak
memanusiawikan, bukan? Keprihatinan ini, sangat membuat duka di batin
mama-mamaku papua.Jika dilihat-lihat dari latar belakang pemilik tanah.
Merupakan hasil tanah dari orang papua dan ini miliknya orang papua, bukan
milik orang lain. Namun, mengapa mama-mamaku papua, terlihat terdampar dari
realita yang ada. Malah mereka menjual di pinggir jalanan. Sangat disayangkan
sekali melihat mama-mamaku papua.Sedangkan yang bukan pemilik tanah papua atau
yang bukan asli orang papua. Malah mereka yang mendomisasi tempat-tempat jualan
mama-mamaku papua. Mereka menguasai tempat jualan orang papua. Hal ini,sangat
tidak memanusiawikan, bukan?Memang semua punya hak, untuk menempatkan dirinya
terhadap lokasi jualan. Namun, jika dilihat mengapa mama-mamaku papua selalu
dipinggirkan dari hal demikian. Padahal, mama-mamaku papua, sangat mengharapkan
bahwa kami juga harus punya lokasi tempat jual yang aman, sehingga kami bisa
merasakan keindahan untuk menjual hasil kami. Itu yang dipirkan dari pemikiran
mama-mamaku papua.Jangan ada orang yang berkuasa dan mendominasi pasar. Dimana
orang yang berkuasa itu, tidak memunyai hak, untuk mengatur manajeman di dalam
pasar. Dan tidak ada orang yang berkuasa atas tempat-tempat (lokasi-lokasi)
jualan. Hal ini, jika dianggap seperti itu! Maka, kehidupan pasar, akan
terlihat satu jenis penjualan saja. Misalnya dari suku bugis, ketika ia berkuasa
tempat-tempat pasar. Maka, akan terlihat satu jenis suka saja yang akan menjual
penghasilanya. Dan ketika terjadi hal itu, tentunya, akan terjadi kontak sosial
yang tidak sehat antarsesama kan bukan?Oleh karenya, dominasi dan mendominasi
tidak boleh di tetapkan di pasar. Sebab, akan terjadi kontak yang tidak sehat
nantinya.Dengan demikian, mama-mamaku papua, merasakan seperti demikian. Sebab,
ada dominasi dan mendominasi dari pihak-pihak tersebut, sehingga mereka menjual
jualan mereka di pinggir jalanan.Tiap hari aku melihat itu, aku kadang-kadang
memikirkan, apa gunanya ada kabupaten dan bupati yang mimimpi kabupaten itu.
Mengapa tidak diperhatikan mama-mamaku papua yangsementara masih berjualan
dipinggir-pinggir jalan. Salah satu contohnya di pasar KPR, Nabire,
Papua.Disana kehidupan mama-mamaku papua, sangat memperihatinkan. Mereka
jualannya di pinggir-pinggir jalanan tiap hari. Sangat disayangkan sekali.
Hanya karena kegiatan jualan itu saja. Mareka selalu ,mengeluarkan keringat
guna mewujudkan perekonomian keluarga mereka.Akankah, para pemerintah bisa
melihat realita yang terjadi dan sedang terjadi di tanah papuaku. Lebih
khususnya di Kabuaten Nabire. Jika pemerintah bisa mengatur sesuai dengan
visi-misinya yang berlaku. Dan hal itu, bila dipertegas. Tentunya akan baik.
Penulis:Mahasiswa Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar